Jumat, 12 November 2010

Interview Lauren Booth: Mengapa Saya Mencintai Islam (?)

Selasa, 02/11/2010 16:18 WIB — Lauren Booth, dalam sepekan terakhir ini menjadi salah satu pembicaraan hangat di Inggris. Maklum, Booth sepekan yang lalu menyatakan bahwa ia telah masuk Islam. Bukan apa-apa, yang membuat berita ini seperti mengguncang Inggris, itu karena Booth adalah saudara ipar dari Tony Blair, mantan Perdana Menteri Inggris. Bagaimana sebenarnya proses dan kehidupan Booth sekarang? Berikut petikan wawancaranya yang diambil dari The Daily Mail.
Bagaimana perasaan Anda sekarang ini?
Saya tahu ini semua tampak tidak masuk akal, tetapi keputusan untuk memeluk Islam tersebut akan menentukan setiap aspek kehidupan saya bawah rel yang mengekspresikan kegembiraan.
Bisa diceritakan awal mulanya?
Kompleks pemukiman Yahudi di Tepi Barat (AP Photo/Bernat Armangue)Mari kita kembali ke Januari 2005, ketika saya tiba sendirian di Tepi Barat untuk liputan The Mail on Sunday. Saya tidak pernah menghabiskan waktu bersama orang-orang Arab, atau Muslim. Saat saya terbang ke Timur Tengah, pikiran saya penuh dengan kalimat-kalimat biasa : ekstremis radikal, fanatik, kawin paksa, pembom bunuh diri dan jihad.
Saya tiba di Tepi Barat tanpa mantel, dan saya menyimpan otoritas bandara Israel di koper saya. Saya berjalan di Ramallah, dan seorang perempuan menggamit tangan saya tiba-tiba. Saya menggigil. Ia berbicara cepat dalam bahasa Arab, membawa saya ke sebuah rumah di sisi jalan. Apakah saya diculik oleh seorang teroris tua? Selama beberapa menit, dari lemari pakaian putrinya, ia mengeluarkan mantel, topi dan syal.
Saya kemudian dibawa kembali ke jalan dan dipeluk hangat. Tidak ada kata apapun ketika itu di antara kami. Itu adalah sebuah kemurahan hati yang tidak pernah saya lupakan.

Kemudian?
Secara bertahap saya menemukan ekspresi seperti ‘MasyaAllah!’, ‘Alhamdulillah!’ dalam percakapan sehari-hari saya. Saya selalu berdoa dan, sejak kecil, telah menikmati cerita Yesus dan para nabi kuno. Saya sekolah di Brownies, saya dibesarkan dalam rumah tangga yang sangat sekuler. Saya, dulu selalu bangga dengan rambut pirang indah saya dan, ya, tubuh saya.
Selesai?
Pada tahun 2007 saya pergi ke Libanon. Saya menghabiskan empat hari dengan mahasiswa perempuan, semuanya mengenakan jilbab lengkap. Mereka adalah temen-teman yang memesona, independen dan vokal. Mereka bukan gadis pemalu, tidak dipaksa kawin seperti yang saya bayangkan.
Saya sering datang ke masjid. Di sana, ada anak-anak yang bermain, nenek duduk membaca Al-Quran di kursi roda dan sebagainya.
Anda sempat ragu dengan pilihan hidup Anda?
Saya bertanya; apakah saya siap masuk Islam? Apa yang akan dikatakan dunia, teman-teman dan keluarga saya? Apakah saya siap untuk untuk berperilaku moderat dalam banyak hal?
Dan inilah hal yang benar-benar aneh. Saya tidak perlu khawatir tentang hal-hal itu, karena entah bagaimana menjadi seorang Muslim itu sangat mudah.
Sudah sejauh mana Anda membaca Al-Quran?
Sejauh ini saya baru sampai 100 halaman saja, beserta terjemahannya. Al-Quran adalah teks yang serius. Ini akan membantu saya untuk belajar bahasa Arab tapi itu juga akan memakan waktu cukup lama. Saya berhubungan dengan beberapa masjid di London Utara, dan saya berharap bisa rutin mengunjunginya, setidaknya sekali seminggu.
Menurut Anda, jilbab itu bagaimana?
Pakaian sederhana. Mengenakan jilbab berarti saya siap untuk pergi keluar lebih cepat daripada sebelumnya. Padahal saya baru saja mencat merah rambut saya beberapa minggu yang lalu. Ini adalah negara toleran dan tidak ada yang tampak curiga sejauh ini.
Reaksi teman-teman Anda yang non-Muslim?
Mereka penasaran ketimbang memusuhi saya. Mereka bertanya: ‘Apakah itu akan mengubah kamu?’, ‘Kita masih teman kan?’, ‘Kita masih minum (bir) kan?’.
Jawaban Anda?
Jawaban atas dua pertanyaan pertama adalah ya. Yang terakhir tentu tidak. Saya berasal dari latar belakang keluarga yang alkoholisme. Saya akan menghindari barang-barang (memabukan) itu. Apa yang bisa lebih baik? Saya tumbuh di sebuah rumah tangga yang penuh dengan alkohol, dengan ayah yang kejam. Itu adalah luka yang tidak akan pernah pulih.
Apakah keluarga Anda mendukung?
Saya belum pernah bertemu lagi dengan ayah saya selama bertahun-tahun. Jadi bagaimana dia bisa tahu apa-apa tentang saya atau memiliki pandangan yang valid tentang masuknya saya ke dalam Islam? Aku hanya merasa kasihan padanya. Sisanya keluarga saya sangat mendukung.
Anda akan menikah lagi?
Ini bukan saatnya bagi saya untuk berpikir tentang membangun hubungan dengan pria. Saya pulih dari pernikahan yang pecah. Dan sekarang akan melalui perceraian. Jika waktunya tiba, mungkin saya akan mempertimbangkan untuk menikah lagi, namun dengan suami yang Muslim.
Apakah anak Anda akan juga akan menjadi Muslim?
Saya tidak tahu, itu terserah mereka. Anda tidak dapat mengubah hati seseorang
Bagaimana reaksi mereka ketika Anda memberitahu Anda masuk Islam?
Saya ketika itu duduk di dapur dan memanggil dua anak gadis saya. “Girls, aku punya berita untuk kalian. Aku sekarang seorang Muslim.” Yang tertua, Alex, berkata: “Kami memiliki beberapa pertanyaan.” Mereka membuat daftar pertanyaan dan mengajukannya kepada saya.
Alex bertanya: ‘Apakah Ibu minum alkohol lagi? ”
Kujawab, “Tidak!” Respon mereka: ‘Yay!”.
Kemudian “Apakah Ibu merokok lagi?”
lalu saya menjawab: “Tidak”.
Pertanyaan yang paling mengejutkan adalah: “Apakah Ibu akan menunjukkan (maaf) payudara Ibu di depan publik lagi?”.
‘Sekarang aku ini Muslim,” kata saya,”Aku tidak akan pernah lagi menunjukkan payudaraku di depan umum lagi.”
Dan kemudian?
Mereka berteriak, “Kami cinta Islam!” dan pergi bermain kembali. Dan saya juga mencintai Islam. (sa/dailymail)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers